Sabtu, 22 Oktober 2011. Sekitar seratus Anak SMP Negeri 1 Majalengka yang terdiri dari Anak Laki-laki dan Anak Perempuan dikumpulkan di sebuah ruangan khusus di dampingi beberapa orang Pembina OSIS di antaranya ibu Iik Atikah, Pak Heri dan Ibu Wakil Kepala Sekolah, Ibu Hj. Nina dan tentu saja saya sebagai pembina lain-lain ehehehe....
Anak SMP remaja putra-putri ini di giring untuk Ngesek (Ngomong Sex) acara ini merupakan program kerjasama antara SMPN 1 Majalengka dengan Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMDPKB) Kabupaten Majalengka. Dalam Kesempatan itu Hadir Ibu Hj. Nunung Nurlaela, M.Si sebagai Pembicara/Fasilitator Acara Sosialisasi Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR). Anak SMP yang mengikuti acara ini terlihat antusias memperhatikan pemaparan Ibu Hj. Nunung Nurlaela, M.Si yang menjelaskan aspek-aspek anatomis dan biologis juga menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan moral memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia juga nilai-nilai kultur dan agama dengan bahasa sederhana serta diselingi dengan berbagai game yang menyenangkan dan mudah diterima oleh remaja sehingga acara ini menjadi pendidikan sex yang menjadi satu kesatuan dengan pendidikan akhlak dan moral juga.
Pendidikan sex seperti dua bilah mata pedang yang sama tajamnya sehingga para orang tua merasa tabu membicarakan sex pada anak-anak mereka dan bahkan jika anak bertanya sebagian orang tua memberikan jawaban yang mengisyaratkan agar anak tidak bertanya lagi padahal pendidikan sex yang baik sangat dibutuhkan sejak dini dari orang-orang terdekatnya sehingga tercipta komunikasi yang terbuka sehingga dapat memberikan pemahaman yang baik, tentu saja dengan porsi yang sesuai dengan perkembangan pisik dan psikis anak.
Menurut beberapa ahli menyampaikan bahwa pendidikan sex yang baik adalah dari orang tua mereka dengan komunikasi dari hati ke hati untuk memberikan informasi dengan harapan anak memahami dan dapat melihat sex dari berbagai aspek karena jika orang tua atau guru tidak memberikan pemahaman yang baik atau bahkan hanya menakut-nakutinya maka anak dengan mudah akan mencari informasi dari orang atau media lain yang informasinya belum tentu benar atau bahkan menyesatkan.
Berdasarkan angket sederhana di awal acara dapat disimpulkan sebagian dari mereka pernah menonton Film Porno, sebagian besar mereka menyaksikan melalui Handphone dan sebagian lainnya dari internet. Sebagai pendidik dan orang tua turut bertanggung jawab dengan kondisi seperti ini, namun langkah yang harus diambil juga harus arif dan bijak. Mengkambing hitamkan teknologi atau menjauhkan anak-anak dari teknologi bukan langkah yang bijak maka pengawasan dan pemanfaatan teknologilah solusinya. Dengan ini saya mengajak mari kita berinternet sehat dengan memanfaatkannya dengan positif salah satunya adalah dengan memerangi keyword negatif....SUSAH....PASTI...tapi bukan berarti DIAM dan APATIS....